Setelah mematikan lampu, Bu Chintya berjalan kearah tempatku berbaring, dan melewatiku yang ternganga dan sibuk mengalihkan pandangan.Beliau berjalan menuju kekamar mandi yang terletak tepat dibelakangku, tepatnya diatas kepalaku. pertanyaanmu itu seperti pertanyaan papaku saja”: “kapan kamu nikah cin?? Bokepindo Tubuhnya terbaring diatas spring bed yang cukup lebar, sementara selimut tebal yang tampaknya sangat hangat menutup hingga bahunya.“eh tidak Bu, saya mau ke toilet” begitu jawabku “ya silahkan” sahutnya cepat. Tanpa berkata apa-apa, dia meraih tali pengait segitiga itu dengan tangan kirinya, dan dengan perlahan dia menurunkan G-String itu dengan tangan kirinya. Bibir Bu Chintya adalah bibir paling gila yang pernah kuhadapi. Bagaikan buah cherry yang sangat manis, aku mengulum lembut puting itu, sungguh rasanya sangat menggairahkan. Tolong yang serius yak,, kasihan penelitianmu. Sangat-sangat liar, bahkan aku tidak kesampaian merasakan puting merah itu dengan bibirku. Dan dengan bantal yang yang diulurkan padaku itu, aku malah tambah bingung harus bagaimana. Chintya kemudian mengambil posisi tepat dbawah selakangku, dan kemudian kembali dia memasukan batangku ke bibir mungilnya, tangan kirinya memegang testikelnya dan tangan kanannya memegang pangkal batangku. “ooh,, beliau punya anak lagikah?” “nggak sih,, cuma ada suatu hal yang dulu bikin aku nggak nyaman tinggal disana” “kenapa??” “well, si om bule itu hypersex.” “heh??
