Windu mengangkat pinggulnya agar si mungil lebih leluasa mengurut benda keramat itu. Dewi, si resepsionis membuka salah satu pintu, menyalakan lampu dan AC yang bunyinya sudah seperti mesin diesel. Bokepindo Dan tiba-tiba jempol kiri si mungil mulai mendesak masuk ke lubang pantat, sementara tangan kanannya bertambah keras meremas dan memijat batang kemaluan Windu yang sudah tidak menentu kerasnya. “Kalau begitu, bapak masuk dulu, rileks saja, nanti saya suruh si.. Si mungil meraih lagi batang kemaluan Windu dan mengarahkannya di posisi yang pas dan kembali menekan pinggulnya. Matanya memerah, air matanya mulai menetes.Langit semakin gelap, malam semakin sepi. Tubuhnya terbujur kaku, batang kemaluannya yang terbungkus karet berdenyut-denyut tidak menentu. Si mungil meraih lagi batang kemaluan Windu dan mengarahkannya di posisi yang pas dan kembali menekan pinggulnya. Gesekan aneh itu kini terasa di perut dan mulai menurun ke arah bawah, semakin ke bawah, terus. Kondom! Kini ia mulai tertawa terbahak-bahak. “Pertama, kita pakai ini dulu. Tenang mas, pelan-pelan saja… Jangan gugup gitu ahh..” masih teringat kata-kata wanita di panti pijat tadi, dengan senyum yang menggoda tapi ditafsirkannya sebagai sindiran.“Hei, cowok…!” Windu terkejut mencari sumber suara yang terdengar aneh itu.
