Jam satu, karaoke akan tutup. Menjelang jam dua belas, sudah empat lagu kunyanyikan bergantian dengan pengunjung lainnya. Bokepindo Saat itu Lina telah membanting-banting kepala dan pantatnya ke kasur, tangannya mencengkram kencang kepalaku, sementara keringat telah membasahi tubuh kami berdua.Beberapa saat kemudian, penisku yang telah gemas terasa berdenyut-denyut, meminta bagian, sudah berkali-kali Lina mengerang. “Ada apa Lex?”
“Liat cewe sebelah kananmu, tempat duduk paling ujung !”
“Iya, kenapa Lex?”, tanyaku setelah melihat seorang wanita bertubuh sintal, berbaju rapi bercelana jeans ketat. “Halo..?”, suaranya menyadarkanku. Tanganku tak bisa kugerakkan dengan leluasa karena kedua tangan Lina mencengkeramnya bagai sedang memperkosa.“Ssst…, jangan bergerak dulu..”, begitu bisiknya. Di kamar mandi aku menenangkan diri. Lina mencengkram kepalaku dengan kuat, sesekali kusedot-sedot lalu jilat, ambil nafas. Kami tak mengganti posisi, dengan satu posisipun kami telah melanglang berbagai buana pagi itu.Setelah klimaks, kami tetap berpelukan. “Apakah pikiran kita sama?”Kali ini Lina mengangkat wajahnya mencoba menatapku. Kusorongkan penisku dengan pelan dan jantan. Kubelai rambut Lina yang basah oleh keringat, wajahnya sayu dengan sisa-sisa kepuasan“Lin, udah jam lima kurang lima..”
Lina tersenyum dan kami bangkit dari tempat tidur menuju ke kamar mandi. Tarifnya lumayan tinggi meski masa itu belum jaman likuidasi.
>