Aku memang kurang sabaran saat berusaha menjangkau payudaranya. Bokepindo Aku jadi penasaran, ingin tahu seperti apa penyakit yang di derita oleh Mbak Sekar. Wajahnya tampak semakin cantik, dengan hidung mancung dan bibir kemerahan seperti habis makan sambal. Dari situ, aku tahu, menyingkapkan kainnya dari bawah adalah posisi teraman, tentu saja posisi badanku harus sejajar dengannya, dengan pertimbangan, akan memudahkan aku mengembalikan lagi kainnya jika situasi menjadi sulit, dan yang terpenting, memompa fantasiku, ketika kulit kakiku beradu dengan kulit kakinya. Yang ku tahu, Mbak yang satu ini sangat dekat denganku, di banding Mbak Dwi, Mbak Erna atau Mbak Asih. Cepat-cepat, kubuka celanaku, dan segera ku sembunyikan di bawah bantalku, Penisku yang masih tegang belum mau mengendor, meski telah ada jeda pertunjukan. Aku tersenyum kecut, penuh rasa takut campur malu, saat suara nenek menggelegar memecahkan keheningan suasana. Benar-benar ujian kejiwaan sekaligus santapan bagi fantasi liarku yang pertama. Barangkali ini yang di sebut tersiksa tapi nikmat. Hanya saja, ada keganjilan yang kurasakan. Lega tak terperi yang aku rasakan, sesaat setelah buang hajat kecil, begitulah perasaan yang ada padaku, ketika mampu menelanjangi Nenek, orang yang jikalau dalam posisi sadar amat kusegani dan kuhormati.
