Mana lagi pantai di Jakarta ini. Bokepindo “Terima kasih, Mas Joe.”
“Untuk apa?”
“Karena telah mau menemani Mikha.”
Aku hanya diam. Ancol! Ancol! Dia pun menatapku. Nanti lecet…”
Kuperhatikan wajahnya, lidahnya sibuk menjilati kepala kemaluanku yang keras, ia jilati melingkar, ke kiri, ke kanan, lalu dengan perlahan ia tekan kepalanya ke arahku berusaha memasukkan kemaluanku semaksimal mungkin ke dalam mulutnya. Sesaat kemudian kaos itu telah kubuka. Begadang?”
“Nggak deh. Sampai ketemu.” Pamitku. Lalu kami pun menuju mobilku. Aku pun sudah semakin asyik mencumbu dan menjilati puting buah dadanya, lalu ke perutnya, pusarnya, sambil tanganku membuka mini skirtnya. Di antara teman-temannya, dia yang paling menonjol. Mereka lumayan loyal terhadap partai mereka itu, walaupun tampak sedikit kecewa, karena pemimpin partai mereka itu kurang berani bicara. Sama saja kejadian waktu meliput demontrasi mahasiswa dulu. Setelah pagi, baru aku mengantarnya pulang. Wajahnya yang cantik tersenyum kepadaku. Yang kiri lalu yang kanan. Dengan korban beberapa orang tentu saja. Paling lincah, paling menarik. Mana lagi pantai di Jakarta ini. Kami berdua pindah ke bangku tengah Kijangku. Aku terus menggoyang pantatku ke depan ke belakang, keatas kebawah dengan teratur sampai pada suatu saat. Terdengar suara aneh. Aku pun merasakan nikmat yang luar biasa.
>