Ku arahkan penisku ke arah lubang vaginanya yang masih kering, aku tidak mau tahu, kapan lagi aku bisa menyalurkan dendamku. Bokepindo Akhirnya aku menyetujuinya. Belakangan inilah aku sudah mulai menaruh curiga. “Oh yesss…. “Gak juga sih…”, jawabku.“Gini, Anti mau ke kampus tapi motor dibawa adik, boleh minta tolong antarin gak mas?”, tanya ranti. Ku arahkan penisku ke arah lubang vaginanya yang masih kering, aku tidak mau tahu, kapan lagi aku bisa menyalurkan dendamku. Aku bingung harus bagaimana, lalu Syamsul cuma nyeletuk,
“Din… Din… Emang lu mau nombokin dulu?…”, membuat aku tidak enak hati, masa aku harus biarkan gadis ini tidak bisa membawa kendaraannya?“Ya sudah, saya tinggalkan KTP dulu, nanti pulang kuliah, saya singgah lagi. “Ini loh ma yang tadi pagi Anti cerita…”, kata ranti menjelaskan ke ibunya. Manaduli, pikirku dalam hati. Penisku yang besar mengeras awalnya membuat ranti kaget, apa mungkin ia belum pernah melihat penis sebelumnya?Lalu ku sedoti buah dadanya itu, ku remas-remas susunya hingga Anti pun kegelian. Kugesekkan tanganku ke dinding luar vaginanya, kutarik juga jembutnya yang lebat tak pernah dicukur. “Loh, cewek tadi belum datang bayar hutang Din?”, tanya Syamsul. Aku terdiam dengan seribu pikiran yang membebaniku, aku tidak tahu harus berbuat apa.
