Dadaku tibatiba berdegupdegup.Bang, Bang kiri Bang..!Semua penumpang menoleh ke arahku. Tapi ia dingin sekali. Bokepindo Ia menurunkan sedikit tali kolor sehingga pinggulku tersentuh. Aq berhasil.Ini.., kutunjuk pangkal pahaku.Besok saja Sayang..! suara itu mengagetkanku. Ya tdk apaapa, hitunghitung olahraga. Ia memulai pijitan. Iin datang. Ia berlutut mengelap paha bagian belakang. Anggap saja tiaptiap baju sama dengan jumlah kancing bajuku: Tujuh. Dari atas: Turun. Ah, kini ia malah berlutut seperti menunggu satu kata saja dariku. Penis berdenyutdenyut. Membuatku tdk berani. Mbak Iin sudah turun. Sekarang sudah lebih lancar. Jam berapa aq berangkat. Lalu memegang pahaku,Yg mana..?Yes..! Lalu ia mengolesi dadaku dengan cream. Aq tdk dapat lagi memandanginya.Kantorku sudah terlewat. Ia cukup lama bermainmain di perut. kataku.Iya ituYa ampun, aq membayangkan suara itu berbisik di telingaku di atas tempat tidur yg putih. Hap.Mau pijit lagi..? Dan kubuka celana pantai. Tapi saya gerah. Baru saja aq memasang ikat pinggang, Iin menghampiriku sambil berkata,Telepon aq ya..!Ia menyerahkan nomor telepon di atas kertas putih yg disobek sekenanya. Mbak Iin sudah turun. Ia terus mengelap pahaku. Aq perhatikan ia sejak bangkit hingga turun. Lalu pijitan turun ke bawah. Eh bisa juga wanita setengah baya ini ramah kepadaku.Lalu ia membersihkan pahaku sebelah kiri, ke pangkal paha.
