Pelan-pelan dengan dibimbing tangannya kotol Pak Kusrin akhirnya melesak masuk. Aku mempercepat gerakkanku karena kau merasa sudah hampir mencapai klimaks. Bokepindo Semua itu membuat aku semakin terangsang.“Kamu suka melihatnya, Wati?” tanya Pak Kusrin sambil terus bergoyang. Setelah menghidangkan secangkir teh, aku menemani Pak Kusrin berbicang-bincang sebentar.“Wati, kita ngewek di taman belakang sana yuk …” kata Pak Kusrin. Pak Kusrin meminta aku berdiri di samping mobil dan menaruh kedua tanganku di atas kapnya. Sepertinya aku harus mengubur dalam-dalam impianku untuk menjadi satu-satunya perempuan dengan gelar MBA di kampung ini. Sesampai di rumah aku memberika belanjaanku kepada Mak yang bingung melihat ceceran air mani di bajuku. Dia pun ambruk di sisiku sambil mengatur nafasnya.“Bukan main! Aku menerimanya. Dia pun ambruk di sisiku sambil mengatur nafasnya.“Bukan main! Aku kini bahkan menyodor-nyodorkan memekku sambil memembelai dan sesekali merenggut rambutnya. “Ahhhhh …. Dia adalah salah seorang terkaya di kampung kami, yang juga sekaligus merupakan saingan usaha Abah. (Aku masih menyimpan sapu tangan bernoda air mani Pak Kusrin itu dan sesekali aku menciumi aroma laki-laki yang samar-samar masih tersisa di sana). Ketika akhirnya aku bangkit berdiri, air mani Pak Kusrin yang bercampur cairan dari memekku sendiri merembes keluar dan mengalir di sisi dalam kedua pahaku.
