Adriana Chechik knows that the best way to kick those mid-day blues at work is to take a little emergency squirt break in the bathroom at work. Bokepindo Adriana watches her favorite porn on her phone while she finger fucks herself with a leg up on the accessibility bar, but when she gets a brutal leg cramp after her mid-day squirt, it becomes a total squirt emergency. Horny EMTs Alex Legend and Scott Nails find Adriana on the floor and are quick to diagnose her with a need for seed. The dudes play with her dripping pussy, making her squirt even more before she starts sucking and slurping on their big huge cocks right there on the bathrom floor. Adriana’s holes are gaping and she can’t wait to get double-stuffed by the big cocks letting the hung dudes DP her, one all the way in her pussy while the other hammers her ass until she’s totally full of the dick she needs to get through the rest of the work day.
Tanpa mau membuang waktu, saya langsung menerima pemberiannya. Batinku,coba dokternya dia ya. Saya melenguh keras dan menggerinjal-gerinjal cukup kencang waktu ujung batang kemaluan saya menyentuh pangkal liang kewanitaan Dokter S. Saya menggeleng.“Sekarang coba kamu tarik nafas lalu hembuskan, begitu berulang-ulang ya.” Dengan stetoskopnya, Dokter S memeriksa tubuh saya. Akhirnya saya memutuskan bahwa kalau dokternya tidak juga datang limabelas menit lagi, maka saya akan pulang saja ke rumah.Dengan menarik nafas kesal, saya memandangi sekeliling saya. Saat stetoskopnya yang dingin itu menyentuh dada saya, seketika itu juga suatu aliran aneh menjalar di tubuh saya. Muka ini rasanya mau ditaruh di mana. Tidak apa-apa deh kalau harus diperiksa berjam-jam olehnya. Sayangnya, permainan saya yang menggebu-gebu tersebut dengan Dokter S merupakan pengalaman saya yang pertama sekaligus yang terakhir. Dokter yang ternyata bernama Dokter S itu menghampiri saya dengan berkalungkan stetoskop di lehernya yang jenjang dan putih.“Kamu pernah menderita penyakit berat? Saya menjadi gugup, takut kalau Dokter S tahu. Dokter S tertawa melihat batang kemaluan saya yang mengeras itu. Demikian pula pantatnya. Tanpa mau membuang waktu, saya langsung menerima pemberiannya. Namun setiap sentuhan stetoskopnya, apalagi setelah tangannya menekan-nekan ulu hati saya untuk memeriksa apakah bagian tersebut terasa sakit atau tidak, semakin membuat batang kemaluan saya
