Sampai akhirnya aku tidak bisa menahan kenikmatan yang mulai tadi sudah mengoyak birahiku.“Doun.. Bokepindo Aku ingin rasain semprotan kamu..” pinta Douna.“Iya Doun.. memang.. Doun.. Kedua tanganku meremas kedua bukit kembar Douna dan sesekali membantu pinggul Douna utnuk berputar-putar.“Daniiieelll.. Yang tidak jauh dari pusat pertokoan Tunjungan Plasa.Aku dan Douna bergegas menuju lift untuk naik ke lantai 3, dan sesampainya di kamar nomor 306, Douna menawarkan aku untuk masuk sejenak. Pantes Dista puas, habis kemaluanmu gede seperti ini” kata Douna memuji.Adik kecilku yang tadi sudah ingin melepaskan diri dari belenggu CD yang membatasinya akhirnya bisa lepas. Aku segera menuju ke excellso seperti yang dikatakan Douna.Aku segera mengambil tempat duduk disisi pagar kaca, sehingga aku bisa melihat orang hilir mudik di area pertokoan terbesar di Surabaya ini. Aku mau keluar Doun” kataku gugup.Douna tidak menjawab dan bahkan tidak memberiku jalan. Oohh.. Untuk perlengkapan mandi, memang setiap hari aku membawa karena memang aku sering olahraga setelah jam kantor. Aku mendekap tubuh Douna dari belakang, kami berdua menghadap cermin.“Ohh.. Seakan-akan aku tidak peduli dengan puncak kenikmatan yang didapat Douna pertama kalinya. Oooh” Douna merintih kembali.Gerakan maju mundur pinggulku membuat tubuh Douna menggelinjang hebat dan sesekali memutar pinggulnya sehingga menimbulkan kenikmatan yang luar biasa di batang kemaluanku.“Daniiieelll..
