Pemandangan yang indah sekali tetapi kali ini aku tidak mau lama-lama memandang, langsung aku berada diatasnya, kedua tangannya sudah kupegang dan tahan di samping kiri-kanan kepalanya. Bokepindo Kali ini aku yang mengambil alih “kekuasannya” gantian kudorong tapi dia malah tengkurap, melihat pantatnya yang putih mulus. Sementara dari mulut Gita terus keluar kata, “Teruuss…, teruuss…, yang keras…, aahh…, gigit Wan…, gghh…, sstt”. Kepalaku mulai turun lagi tetapi tiba-tiba ia berteriak kecil, “Wan…, Iwan…, uugghh…, sekarang ajjaah…, masuk’iin…, nggak usah pake mulut lagi…, masukin sekaraanng…, plizz…”.Aku langsung di dorongnya. Gita terus menggerak-gerakan pinggulnya ke atas, ke bawah, kiri-kanan, naik-turun segala arah gerakan ia lakukan. Sampai akhirnya ia bertanya begini, “Wan, kalau kamu punya istri suka yang buah dadanya besar atau sedeng-sedeng saja?”. Sampai akhirnya aku dan dia pergi jalan-jalan ke daerah Dieng, salah satu daerah dingin di Jawa Tengah, niatnya cuma jalan-jalan saja, tidak menginap. “Gigit…, gigit…, Wan…, sst”. “Gita sayang sama Iwan”, hanya itu yang keluar dari mulutnya, lalu matanya terpejam sambil terus memelukku…………… Gita terus memandangiku. “uugghh…”, sedang aku sedikit berteriak, “aahh”. “Gita sayang sama Iwan”, hanya itu yang keluar dari mulutnya, lalu matanya terpejam sambil terus memelukku…………… Gigi atas dan gigi bawahku sudah saling menekan, tidak ada kata-kata yang keluar
