Dia diam, hanya matanya yang lurus ke arah mata saya. Bokepindo Saya tidur dengan Sri hanya dibatasi si kecil Nisa. Persis seperti yang dilakukan Rosi, ipar saya di Taman KB malam itu. Ke atas, di paha. Kulit sawo matang, dan wajah biasa mesti tidak jelek. Teteknya sangat besar.Tidak. Saya merasa sangat nyaman berteman dengan perempuan-perempuan di dunia maya. Saat dia melihat mamanya anak saya berlari ke arahnya. Dia mendesis. Benar-benar luar biasa. Saya tak punya banyak teman wanita kecuali teman sekantor, dan beberapa teman dunia maya. Dia diam. Saya takut, seperti halnya kejadian saya dengan Mbak Maya dan Rosi. Baru ketika saya pelan-pelan meremas, tubuhnya terlihat bergerak-gerak. Istri saya bersikukuh, bahkan ketika ibu mengancam tidak akan berkunjung ke rumah kami sampai kami mengganti pembantu. Lalu saya kembali memeluknya. Istri saya memberi penjelasan tetang bagaimana Sri pintar merawat Nisa.Penjelasan ini tidak bisa diterima ibu. Seorang perempuan yang buruk rupa. Istri saya berpesan kepada Sri supaya kalau malam Nisa tidur dengan dia. Dia menangis sesenggukan. Beliau kan contoh nyata. Sekilas dia memandang saya, lalu memejamkan mata. Susah bangun sekalipun anak menangis keras di sisi saya. Saya takut dia menolaknya.
