Aku meringis menahan sensasasi yang waow..! Tapi mengelap dengan handuk hangat sisa-sisa cream pijit yang masih menempel di tubuhku. Bokep indo Saya bisa masuk angin.” kata seorang wanita setengah baya di depanku pelan.Aku tersentak. Kalau kini aku berani pasti karena dadanya terbuka, pasti karena peluhnya yang membasahi leher, pasti karena aku terlalu terbuai lamunan. Toh ia sudah seperti pasrah berada di dekapan kakiku.Aku harus, harus, harus..! Ah sial. Lihatlah ia tadi begitu teliti membenahi semua perlatannya.Apalagi yang dapat tertinggal? Aku tidak tahan. Ah. Aku tidak ingat motifnya, hanya ingat warnanya.“Mau dipijat atau mau baca,” ujarnya ramah mengambil majalah dari hadapanku, “Ayo tengkurep..!”Tangannya mulai mengoleskan cream ke atas punggungku. Ke bawah lagi: Turun. Menantang dengan mata genit sambil mendekati pintu salon.Ia kerja di sana? Aku tahu di mana ruangannya. Sopir menepikan kendaraan persis di depan sebuah salon.Aku perhatikan ia sejak bangkit hingga turun. Suara yang kukenal, itu kan suara yang meminta aku menutup kaca angkot. Pijitan turun ke perut. Aku hanya main dengan tangan. Ia tersenyum ramah. Lihat saja ia sudah separuh berlutut mengarah pada Junior. Junior berdenyut-denyut. Napasnya tersengal. Haruskah kujawab sapaan itu?Oh.., aku hanya dapat menunduk, melihat kakinya yang bergerak ke sana ke mari di ruangan sempit itu.
