‘Tok tok tok…’ suara ketukan pintu. Bokepindo “Pesta kok tak ajak-ajak?” kata Mamat yang telah selesai membongkar kamar utama. Dini hanya terus menangis, badan mungilnya sudah hampir tidak bertenaga. Ibu Rianti sangat tidak menyetujui hubungannya denganku. Kami bercerita masa lalu kami yang sangat suram, kami menjadi penjambret, preman pasar, juga menjadi orang sewaan untuk memukul orang. Perasaan curiga ku pun timbul, sifat ibunya Rianti sepertinya tidak senang denganku, padahal tadi pagi Rianti berkata akan menemaniku nonton. Ia pun berdiri, kemudian aku duduk di ranjang tepat menghadapnya. Ku tahan gerakanku agar sperma ku tidak semprot keluar, aku ingin main lebih lama dengan Dini, maka kudiamkan sejenak penisku di dalam vaginanya, dan kulihat ada bercak darah di sekitar kelamin kami, ternyata aku sudah merenggut keperawanannya.Aku lihat Mamat pun sudah berejakulasi, spermanya berhamburan di dalam mulut Dini. Aku pun menjambak rambutnya dan menariknya agar dia bangun dan berdiri. Aku tak banyak berbincang lagi dan segera pamit pulang.Paginya, aku berharap mendapatkan kabar Rianti. “Aku sangat mencintaimu!…” sambungku. Aku pun mengancamnya untuk tidak melawan, ku lepaskan semua ikatannya dan langsung menghajarkan pukulan tepat di perutnya agar ia tak bergerak.
