“Gimana mbak?” Tanyaku sambil kembali duduk dikursiku. Bokep indo Mbak Juminten tetap duduk bersimpuh di depanku sambil melelehkan air mata. “Ini uangnya saya ambil den, kelak diusahain dikembaliin kok..” Ujarnya pelan, suaranya berat,hidungnya semacam tersumbat cairan. Kami belum mengawali obrolan. Dengan gerakan kasar aku luar biasa ke samping paha kirinya. Dirinya sangat terkejut ketika benda itu menerobos masuk. “Uangnya kelak pelan2 mbak angsur yaa den..maaf..”Lanjutnya. “Mbak..gak butuh takut..mbak dapat minta apa aja dari saya..” Ujarku sambil menatap kedua matanya lekat2. Teh itu tidak terlalu lama mengepul, udara dingin perkebunan ini membikinnya segera tidak begitu panas lagi. “Makasih den..makasih banget..”Jawabnya lega. “…well..saya tetap belum berminat utk pacaran lagi mbak..”
” Apa yg aden pikir semenjak kejadian itu soal mbak..”Tanyanya kembali. Aku melihat Jam di dinding, pukul 2 siang, aku mungkin telah tertidur lebih dari 2 jam. Aku tidak memperdulikan perlawananya. “Iya mbak..takut aja, …mm..”
“Mm.. “Mbak..maaf boleh saya nanya..”
“Boleh den..mo nanya apa..”Jawabnya. “.. Aku semacam kesetanan menciumi pahanya yg besar, mengecup berkali2 selangkanganya serta jemari tanganku yg lain langsung meremas buah dadanya. Aliran sperma itu bergerak naik mendekati pangkal penisku, jemariku telah kuat mencengkram sprei. Niatku sebelumnya ingin memeluknya terlebih dahulu, tapi nafsuku telah tidak tertahankan. “Nggak..sebentar lagi..tenang aja..”Seruku.
>