Aku sudah berusaha semaksimal untuk menahan ejakulasi. Bokepindo Stella tampak kaget, terlihat dari bergetarnya tubuh dia. Rasanya Jakarta hanya milik kami berdua, tiap malam setelah mandi sepulang dari kerja atau setelah makan malam, kami melakukan hubungan seks. Beberapa kali tubuhku bergetar namun ia tetap pada sikapnya. Tidak lama kemudian ditelusupkan telapak kirinya ke dalam dan digenggamlah kemaluanku. Beberapa kali tubuhku bergetar namun ia tetap pada sikapnya. Aku pun meluncur ke salon itu untuk potong rambut, sejenak aku melirik jam tangan, terlihat jam satu kurang beberapa menit saja dan kuputuskan untuk masuk. Semakin lama gerakannya makin cepat. “Mbak… udah lama kerja di sini?” tanyaku. Beberapa detik kemudian seorang wanita muda nan cantik menugur sambil memegang rambutku. Dibukalah celana panjangku dengan tangan kirinya, seperti ia agak kesulitan pada saat ingin membuka ikat pinggangku sebab dia hanya menggunakan satu tangan. Begitu seterusnya berulang-ulang. “Kira-kira sudah enam bulan, Mas… ngomong-ngomong situ baru sekali ya potong di sini?” sambungnya sambil tetap memotong rambut. Menjilat, menghisap, naik turun. Setelah kami hidup seatap, Stella mengakui padaku bahwa selama enam bulan ia bekerja di salon itu, ia pernah melayani pelanggannya dan ia mengatakan bahwa semua pekerja yang bekerja di salon itu juga pekerja seks.
