“Kamu mau nanggelin Dit?” dalam gelap kudengar dia menahan tawa. Bokepindo Putih. Ya itulah. Habis itu aku kembali ke ranjang. Kulihat ada keringat di hidung, di kening dan pelipisnya. Dan kalau sudah demikian lawan akan menarik kekuatan ke sekitar kotak penalti membuat pertahanan berlapis, agar gawang mereka jangan sampai bobol oleh tembakanku atau umpan yang kusodorkan. Itu Lala.Dan ada satu lagi perempuan yang juga membuat aku gelisah jika berada di dekatnya. Ya pantaslah, karena cantik dan dikejar-kejar banyak pemuda, bahkan orang berumur juga, dia jadi sombong, mentang-mentang. Sementara itu tangan Tante juga liar merangkul punggung, mengusap tengkuk, dan meremas-remas rambutku.Lalu sesudah puas menjilat buah dada dan mengulum pentilnya, ciumanku turun ke pusar dan terus ke bawah. Rahasianya aku ini punya nafsu syahwat besar sekali. Tante juga mau mandi dulu,” katanya meninggalkan aku. Aku tinggi kurus dan hitam, jauh dari ciri-ciri pemuda ganteng. “Belum Tante, bahkan melihat celana dalam perempuanpun baru sekali.” Wah berani sekali aku. Aku tahu inilah kesempatan emas untuk melampiaskan hasrat berahiku yang terpendam pada perempuan cantik-seksi selama bertahun-tahun usia remajaku.
